Brobro..
Listrik, yang sejatinya adalah energi atau sumberdaya yang sangat diperlukan oleh manusia dalam berbagai aktifitas dasarnya, memang tak mudah dalam memperolehnya. Dibutuhkan Sumberdaya alam yang tak terbarui seperti batubara, dan minya bumi, untuk membangkitkan energi listrik ini. Namun kini, banyak pula energi terbarukan yang dapat digunakan untuk memperoleh sumber daya listrik. Memang, harga listrik yang diperoleh dari energi tak terbaharukan ini jauh lebih mahal dalam jangka waktu pendek, namun jauuuuh lebih murah ketika dihitung dalam jangka waktu panjang. Semakin sadar akan kelangkaan sumberdaya tak terbarukan ini, tentu membuat banyak pihak mulai melakukan tindakan pengurangan penggunaan energi listrik, khususnya pembangkitan energi listrik dari energi yang tak terbaharui ini. Sehingga, dampak beberapa tindakan ini mulai kita rasakan saat ini. misalnya seperti anjloknya harga minyak bumi dan batu bara. Hal ini tentunya tindakan yang tepat untuk menciptakan bumi yang lebih bersih kedepannya.
Dikutip dari artikel sebelumnya, Energi fosil yang masih mungkin dijadikan alternatif sementara, sebelum beralihnya keseluruhan pembangkit tenaga listrik dunia adalah gas bumi dan energi listrik dari tenaga matahari. tenaga matahari, mampu diurah menjadi tenaga listrik tentunya dibutuhkan sebuah perangkat keras, yang mampu mengkonversi energi listrik ini.
Solar cell atau panel tenaga surya, adalah sebuah perangkat semi konduktor yangmana terdiri dari sebagian besar diode p-n jungction, yangmana keberadaannya mampu mengkonversi energi panas dari matahari melalui proses photovitalic. Kemampuan solar cell kini mampu menghasilkan energi listrik sebesar 100watt selama penggunaannya dalam satu hari dengan penggunaan panel surya berukuran 1 x 1 meter. Bayangkan, besarnya energi listrik yang mampu dihasilkan dari panel tenaga surya sebesar 100watt hanya dalam penggunaan satu hari.
Pada masa mendatang, besar kemungkinan peran panel surya ini akan merambah keberbagai industri dan rumahan Indonesia. Beberapa keuntungan penggunaan panel surya atau solarcell ini diantaranya adalah :
- Termasuk dalam kategori Energi Terbaharukan
- Bersih, simpel dan Hemat dalam penggunaannya
- Praktis dan mudah perawatan
- Umur masa pakai panel surya / solarcell yang tahan lama (sampai 25tahun)
- Cocok untuk daerah beriklin tropis seperti indonesia
namun, penggunaan panel surya ini, masih terhambat diindonesia, bukan tanpa alasa. Beberapa alasan yang membuat teknologi ini berum ramai diterapkan diindonesia adalah :
- Harga penel surya yang masih cenderung mahal (>Rp.2juta/meterpersegi)
- Persiapan instalasi yang cukup rumit
- Membutuhkan baterai dalam ampere besar, sebagai media penyimpan energi listrik yang dihasilkan, sebelum didistribusikan keberbagai penggunaan.
Tentunya, penggunaan energi listrik dari energi matahari ini, kedepannya sangat diminati oleh berbagai pihak, khususnya daerah minim listrik dan memiliki cadangan sumberdaya alam yang kurang, dalam penyedia energi listriknya.
MENGENAL BERBAGAI JENIS BAHAN DASAR PEMBUAT PANEL SURYA
Jenis solar cell sejatinya dibagi berdasarkan material penyusunnya atau bahan pembuat solar cell tersebut. Kita mengenal solar cell dengan jenis monocrystalline dan polycrystalline. Diluar itu masih ada jenis solar cell lain yang belum begitu familiar. Berikut beberapa jenis solar cell berdasarkan.
Jenis solar cell sejatinya dibagi berdasarkan material penyusunnya atau bahan pembuat solar cell tersebut. Kita mengenal solar cell dengan jenis monocrystalline dan polycrystalline. Diluar itu masih ada jenis solar cell lain yang belum begitu familiar. Berikut beberapa jenis solar cell berdasarkan.
- MONO CRYSTALINE SILICONE (Mono-Si)
Solar Cell monocrystalline dibuat menggunakan crystall silicon murni yang sudah melalui proses Czochralski yang hasilnya adalah Ingot. Ingot kemudian diiris tipis – tipis layaknya kripik kentang yang berasal dari potongan tipis kentang gelondongan.
Irisan ingot inilah yang menyebabkan jenis solar cell monocrystalline berbentuk bundar/lingkaran, bentuk tersebut merupakan hasil dari proses Czochralski. Kemudian ada juga yang dipotong dibagian tepi nya sehingga berbentuk segi delapan, lebih tepatnya segi empat dengan irisan di keempat sudutnya.
Ciri – ciri fisik dari jenis solar cell monocrystalline Silicon dapat dibedakan dengan mudah. Selain bentuknya yang segidelapan, warna monocrystalline silicon juga lebih gelap.
Pembuatan solar cell jenis monocrystalline Silicon tergolong rumit dan memakan biaya produksi yang mahal, sehingga harga jualnya pun juga lebih tinggi. Diluar harganya yang mahal, monocrystalline silicon memiliki kelebihan dibanding jenis solar cell yang lain. - POLYCRISTALINE SILICON (Poly-Si)
Solar Cell polycrystalline silicon juga dikenal sebagai polysilicon (p-Si) dan multi-kristal silikon (mc-Si), dan diperkenalkan ke pasar pada tahun 1981. Tidak seperti panel surya berbasis monocrystalline, polycrystalline tidak memerlukan proses Czochralski.
Jenis Solar cell polycrystalline dihasilkan dari proses metalurgi grade silicon dengan pemurnian kimia. Silikon baku dicairkan dan dituangkan ke dalam cetakan persegi, yang didinginkan dan dipotong menjadi wafer – wafer persegi yang sempurna. Proses produksi polycrystalline silicon lebih murah bila dibandingkan proses produksi monocrystaline silicon. Sehingga harga jual solar panel jenis ini pun juga lebih murah. Ciri fisik yang mudah dikenali jenis plycrystalline adalah warna yang kebiruan, bentuk nya bisa kotak atau persegi dengan pola – pola guratan kebiruan. Bila disusun pada solar panel terlihat lebih rapat. - Thin Film Solar Cell (TFSC) / Thin Film Photovoltaic Cell (TFPV)
Thin Film Solar Cell juga disebut Thin Film Photovoltaic Cell adalah jenis solar cell generasi kedua yang dibuat dengan menambahkan satu atau lebih lapisan tipis, atau Thin Film (TF) bahan photovoltaic ke dalam substrate seperti kaca, plastik atau metal. Beberapa TFPV komersial menggunakan campuran teknologi Cadmium Telluride (CdTe), Copper Indium Gallium Diselenide (CIGS), dan Amorphous Silicone dan thin-film silicon (a-Si, TF-Si).
Jenis sel surya ini mempunyai kerapatan atom yang rendah, sehingga mudah dibentuk dan dikembangkan ke berbagai macam ukuran dan potongan dan secara umum dapat diproduksi dengan biaya yang lebih murah.
Ketebalan film bervariasi dari beberapa nanometer (nm) hingga puluhan micrometer. Lebih tipis dibandingkan saingannya solar cell konvensional generasi pertama yang menggunakan kristal silicon (c-Si) yang berasal dari wafer Silicone dengan ketebalan hingga 200 mikrometer.
Dengan ketebalan yang sangat tipis, hal tersebut memungkinkan TFPV menjadi fleksibel dan memiliki berat yang lebih rendah. Jenis solar cell ini banyak digunakan di kalkulator, jam tangan, dan peralatan elektronika lainnya yang tidak membutuhkan daya yang besar.
Sel Surya merupakan teknologi yang relatif baru, efisiensi tertinggi masih berada diangka 44,7% yang ditemukan oleh The Fraunhofer Institute for Solar Energy Systems ISE, Soitec, CEA-Leti and the Helmholtz Center Berlin
Perkembangan teknologi tenaga surya berkembang dengan cepat, solar sel yang berbentuk genting/atap pun sudah mulai familiar, solar sel transparant juga sudah diciptakan. Bukan tidak mungkin kelak solar sel bisa ditanam dan dipadukan dengan jalan raya dan baju yang kita pakai.
Selama jutaan tahun cahaya matahari sudah membuktikan kredibilitasnya sebagai sumber energi dalam kehidupan makhluk di bumi, lantas mengapa kita tidak memanfaatkan nya dengan lebih maksimal, dengan menjadikan nya sebagai sumber energi listrik dalam kehidupan.
Komentar yang baik atau diam!
EmoticonEmoticon