bro sekalian lo mau tau gimana cara menemukan batuan yang mengandung emas, perak, tembaga.
dan cara menentukan batuan mengandung emas, perak atau ngga makanya simak nih artikel. sebelum lo ngelanjut ke artikel pengolahannya
diartikel ini lo bakal nemuin gimana cara nemuin batu yang mengandung emas, perak, tembaga, besi. area mana dan uji yang perlu dilakuin sob.
Eksplorasi
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau
divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian
memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai dari mencari
prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa
negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang
menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi
untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya
istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam pembahasan ini berarti keseluruhan
urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan
insitu hasil temuan mineralisasi.
Berikut di bawah ini adalah tahap-tahap
dalam perencanaan kegiatan eksplorasi secara umum. Tahap- tahap itu adalah
sebagai berikut.
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi
pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga
peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 :
50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini
adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih
lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah
ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan
dan lai-lain, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi
ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah
eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung
pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat
di lapangan.
b. Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari
daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop)
atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000
atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi
lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini
sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari
tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan
mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa
bahan galian, yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan
tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar
dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta
tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan
lain-lain. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta
tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model
penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian
dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit),
pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran.
Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan
bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dan lain-lain).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model
geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar
awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai
prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi
selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan
diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan
dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini
adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak
sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas
secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan
cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil
(<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi
lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat
mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara
3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,
kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan
perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng
tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi,
rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana
investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya
produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan
galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
Penambangan
Bijih
Menurut Sukandarrumidi (2009) penambangan
dilakukan dengan cara tambang terbuka, apabila endapan bijih ditemukan tidak
terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam (underground)
dengan membuat terowongan. Pengangkutan dengan menggunakan alat-alat berat.
Inventasi untuk usaha di industri pertambangan tembaga memerlukan biaya yang
sangat besar. Oleh sebab itu usaha pertambangan jenis ini hanya mampu
dilaksanakan oleh perusahan multi internasional.
tambang PT Newmont Nusa Tenggara yang terletak di Batuhijau, Sumbawa, NTB |
Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit mining). Pengupasan lapisan penutup (overburden) dan penambangan bijih dilakukan dengan sistem jenjang (benches). Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal memerlukan banyak jenjang, dengan lebar dan tinggi jenjang diupayakan untuk dapat menahan batuan yang berhamburan saat peledakan, dan menyediakan ruang gerak yang memadai untuk alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat (haulage).
kandungan dalam perut bumi papua,grasberg PT Freeport Indonesia |
Cebakan tembaga porfiri berdimensi sangat besar, dengan sebaran bijih ke arah lateral bisa mencapai satu kilometer atau lebih, dan sebaran lebih dari satu kilometer ke arah vertikal; sehingga pit (lubang tambang) yang dibuat mempunyai lebar lebih dari dua kilometer, kedalaman penambangan disesuaikan dengan sebaran bijih ekonomis yang dapat diambil. Karena penambangan dilakukan dengan cara menggali dan memindahkan material dalam jumlah sangat besar, maka Tambang Grasberg dan Batu Hijau mengoperasikan peralatan-peralatan berteknologi tinggi berukuran raksasa dan berkapasitas angkut sangat besar.
Oleh karena sangat besarnya material yang
dipindahkan, maka diperlukan lahan luas dan secara teknis aman untuk penampungan
bijih (stock pile), limbah tambang (waste) yang ikut tergali, serta ampas
pengolahan (tailing). Material yang pada desain tambang berada di atas batas
akhir pit seluruhnya akan tergali, baik berupa batuan samping yang tidak
mengandung bahan berharga maupun bijih kadar rendah yang belum mempunyai nilai
ekonomi. Mengingat kecenderungan harga logam tembaga yang terus naik, maka bijih
kadar rendah yang mempunyai peluang untuk menjadi ekonomis di masa yang akan
datang, disimpan sebagai stock pile yang terpisah dari bijih kadar ekonomis.
Apabila terjadi peningkatan harga tembaga dengan akibat bijih kadar rendah
menjadi ekonomis untuk diusahakan, maka dapat dilakukan pengolahan secara
terpisah atau dicampurkan bersama bijih kadar tinggi.
Tambang Grasberg dan Batu Hijau menurut skala dunia termasuk kedalam kategori ukuran raksasa. Dengan radius bukaan akhir tambang berdiameter lebih dari dua kilometer dan kedalaman sekitar satu kilometer diperlukan pembangunan infrastruktur penambangan dan pengolahan berkapasitas besar. Pada dua lokasi tambang tersebut dapat dijumpai truk, buldozer, dan shovel berukuran raksasa, sama halnya dengan instalasi permukaan, penggerusan, pengolahan dan infrastruktur pendukung lainnya, yang seluruhnya berkapasitas sangat besar. Pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di Indonesia dilakukan di Papua, yaitu dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa. Cebakan Grasberg dan Batu Hijau merupakan cebakan tembaga primer berjenis Cu-Au porfiri, berdimensi besar, dimana penambangan dilakukan dengan metode tambang terbuka. Kedua cebakan bijih mempunyai kandungan utama tembaga (Cu) dengan unsur ikutan berupa emas (Au) dan perak (Ag). Selain memiliki kandungan sulfida yang tinggi, sulfur juga berpotensi menjadi komoditas bernilai ekonomis.
a. Mineral tembaga murni
b. Mineral sulfide tembaga
c. Minera oksida tembaga
d. Mineral tembaga kompleks
• Terbentuk dengan cara replacement
• Terbentuk oleh pembekuan magma, dengan endapan mineral bornit dan kalkopirit jarang dengan pirit (sulfide)
• Terbentuk oleh metasomatisme kontak (kalkopirit dan bornit dengan pirit, pirrhotit, tembaga sfalerit, molibdenit dan oksida.
• Endapan sedimenter tembaga
Tambang Grasberg dan Batu Hijau menurut skala dunia termasuk kedalam kategori ukuran raksasa. Dengan radius bukaan akhir tambang berdiameter lebih dari dua kilometer dan kedalaman sekitar satu kilometer diperlukan pembangunan infrastruktur penambangan dan pengolahan berkapasitas besar. Pada dua lokasi tambang tersebut dapat dijumpai truk, buldozer, dan shovel berukuran raksasa, sama halnya dengan instalasi permukaan, penggerusan, pengolahan dan infrastruktur pendukung lainnya, yang seluruhnya berkapasitas sangat besar. Pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di Indonesia dilakukan di Papua, yaitu dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa. Cebakan Grasberg dan Batu Hijau merupakan cebakan tembaga primer berjenis Cu-Au porfiri, berdimensi besar, dimana penambangan dilakukan dengan metode tambang terbuka. Kedua cebakan bijih mempunyai kandungan utama tembaga (Cu) dengan unsur ikutan berupa emas (Au) dan perak (Ag). Selain memiliki kandungan sulfida yang tinggi, sulfur juga berpotensi menjadi komoditas bernilai ekonomis.
Dari
kedua kawasan pertambangan tembaga Grasberg dan Batu Hijau, yang disebut pertama
berada pada daerah yang paling terpencil di dunia. Grasberg berada pada jalur
metalogenik Irian Jaya Tengah, sedangkan Batu Hijau berada pada jalur
Sunda-Banda.
Mineralogi Tembaga
Secara mineralogi bijih tembaga dibagi menjadi empat kelompok besar yaitua. Mineral tembaga murni
b. Mineral sulfide tembaga
c. Minera oksida tembaga
d. Mineral tembaga kompleks
Mineral-mineral gangue bijih tembaga yang
utama antara lain : kuarsa, aklsit, dolomite, siderite, rhodochrosit, barit, dan
zeolit. Pada umumnya bijih tembaga, yang berbentuk sulfide berasosiasi dengan
monzonit, kuarsa atau batuan sejenis dengannya dan agak jarang berasosiasi
dengan intrusi yang bersifat basa.
Genesis Tembaga
Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu :• Terbentuk dengan cara replacement
• Terbentuk oleh pembekuan magma, dengan endapan mineral bornit dan kalkopirit jarang dengan pirit (sulfide)
• Terbentuk oleh metasomatisme kontak (kalkopirit dan bornit dengan pirit, pirrhotit, tembaga sfalerit, molibdenit dan oksida.
• Endapan sedimenter tembaga
Contoh cebakan bijih tembaga yang sudah
dieksplorasi dan dieksploitasi di Indonesia dan termasuk dalam kategori skala
besar adalah cebakan bijih tembaga Grasberg dan Batu Hijau. Cebakan bijih
tembaga Grasberg terbentuk pada batuan terobosan yang menembus batuan samping
batugamping. Mineral sulfida yang terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri
Cu – Au Grasberg, terdiri dari bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit
(CuFeS2), digenit (Cu9S5), dan pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya
terdapat sebagai inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi
emas yang tinggi ditunjukkan oleh kehadiran mineral pirit. Grasbergmasih
mengandung cadangan sekitar 1.109 juta ton bijih dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm
Au, dan 3 ppm Ag. Cebakan bijih tembaga Batu Hijau terbentuk sebagai
mineralisasi yang terpusat pada stock tonalit tua dan cenderung berubah secara
berangsur ke arah lateral dan vertikal. Mineral sulfida tembaga terdiri dari
bornit, kalkopirit, digenit, kalkosit dan kovelit (CuS). Terdapat korelasi yang
kuat antara Cu dan Au pada tonalit tua dan batuan samping di sekitarnya, dengan
kandungan keduanya meningkat ke arah bawah. Mineralisasi lebih lemah terjadi
pada tonalit muda dengan kadar <0,3% Cu dan <0,5 g/t Au,sementara kadar
yang paling kecil <0,15% Cu terdeteksi pada retas-retas tonalit. Sulfida
tembaga utama terbentuk sebagai pengisian rekahan dan berasosiasi dengan
stockwork urat kuarsa yang mengisi 5 – 30% volume tonalit, yang meluas hingga
melebihi 100 meter ke arah atas dan batuan samping. Hanya sedikit berupa sebaran
(dissemination) di dalam masadasar batuan. Sedangkan retas-retas tonalit muda
mengandung sangat sedikit urat, dan termineralisasi lemah (mengandung <0,30%
Cu).
Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah. Endapan yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.
Gimana setelah baca artikelnya udah kebayang belum?
kalo belum ya berarti ente jalan2 ke kali tuh cari batu yang ente perkirakan mengandung emas dan bawa deh ke laboratorium uji #gw kerja di laboratorium uji lhoooo
gambar geologi struktur perkiraan kandungan tambang batu hijau dan grasberg |
Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah. Endapan yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.
Gimana setelah baca artikelnya udah kebayang belum?
kalo belum ya berarti ente jalan2 ke kali tuh cari batu yang ente perkirakan mengandung emas dan bawa deh ke laboratorium uji #gw kerja di laboratorium uji lhoooo
Komentar yang baik atau diam!
EmoticonEmoticon