Brobro..
pada Era dijaman yang kita hidupi ini sadar ga sih semakin hari, semakin lalu, semakin pula kita dimiliki dunia maya?
doyan pamer harta, doyan pamer kekuatan, doyan pamer kemesraan, doyan pamer kebiasaan, doyan pamer makan sehat yang mahal, doyan memuja berlebihan, doyan selingkuh, doyan cari kenalan baru, doyan ngerasa okeh, doyan dibilang "keren", doyan ajebajeb, doyan kumpul-kebo, doyan naek gunung, doyan jalan-jalan sampe doyan pantengin kumpul-bacaan baru okeh..hehe
Kalo kite perhatikan, semenjak dunia digital memiliki raga & jiwa kita saat ini, perubahan justru datang dari kaum yang lahir tahun 1980 - 1990 an broh, dizaman itu kite yang paling merasakan "perubahan era digital" yangmana mulai masuknya handphone dengan harga kartu perdana yang lebih mahal dari handphonenya, handpone segede batako, berubah jadi segede kelingking sampe kite yang merasakan chating pake mirc, mig33, friendster, dan akhirnya masuklah facebook kedalam dunia kita broh.
Facebook yang dianggap media sosial paking keren dan bertahan lama kalo menut kite nih, karena penggunaan facebook mulai lesu ketika twitter mulai masuk ke indonesia namun kinipun twitter malah sepi broh san sejak instagram diambil alaih oleh facebook. perubahan banyak terjadi ketika facebbok meranah kedunia kita, yakni mulailah kita dikenalkan handpon yang bisa akses internet langsung konek ke facebook, dan sampai akhirnya dimasa yang kita singgahi ini sang android pemimpin pangsapasar dunia smartphone mampir ditangan kita deh.
kebayang ga sih begimana jaman ketika kita udah uzur? mungkin handphone bakalan terpasang bak kacamata seperti googleglass, komputer dan laptop akan tersaingi oleh handpon yang mengambil alih semua pasarnya, dan kalo komputer ada pastu cuma segede usb dan bisa dicolok di tipi atau hape ditambah jaringan wireless yang semakin mudahin kita dalam bekerja mulai dari print, scan, foto, streaming, online, dan dapat dikatakan ketika kemampuan handpon melebihi tugasnya maka saat itulah handphone akan memiliki segalanya,
mau makan, ontime deliveri
mau nonton, langsungstreaming
mau kongkow, tinggal vidiocalling
mau pegi, pesen grabjek sampe gojek
mau belanja, tinggal online
terakhir nih...mau nelpon orangtua dan saudara sekandung??? mending dilupain
gunung semeru saat ini 2016 |
Nah ketopik pembahasan utama kita penting ga sih naik gunung itu broh?
kalo pesan pribadi kita sih GA PENTING karena apa? buat kita yang memang benar-benar bukan petualang, gw yakin entepade naek gunung cuma buat difoto, dipamerin, dibilang tangguh, dibilang mampu mengalahkan gunung, cari jodo, dsb
gunung rinjani saat ini 2016 |
Sadar kenape, doyan hidup dikawasa yang dingin-dingin tapi hidup dikawasan yang gerah, maunya dikota, ga mau kena panas, mau kemanamana naek grabtaxi, padahal mobil aja kaga punya, gaji paspasan, tapi kalo buat gaya ada.
Udah banyak buktinya kalo lopade cuma bisa ngerusak daripada memperbaiki, ataupun melindungi.
Masa nanem pohon atu aja kaga pernah tapi ngeliat pohon dipotong sedih,..ente pura-pura lugu apa pura-pura bego sih..
Udah jelas manusia itu gabakalan bisa hidup sendiri, masih aja naek gunung.
Nih alasan kenapa banyak anak muda yang memilik naik gunung dikala liburannya, dibanding berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga
- gaya
- pamer situasi & kondisi dimedsos
- pamer foto dipuncak
- pamer "kekerenan"
- cari jodoh
- ingin terlihat menarik, macho-lah, tomboy'lah, greget-lah apapun itu namanya
- NYAMPAH
- ga mau bawa sampah kembali kekantong kalian masing-masing
- ngerusak pohon yang batu hidup, diambil lah batangnya, dibakar, dipotong, dikulitin, kasian ya
- ga ada alesan naik gunung itu go green justru no greeen brohh!!
- Nanem pohon setiap ngedaki? PASTI!!
- Nyambah? Nggak dong, dibawa kerumah lagi kok sampahnya
- Olahraga? yes alasan mendasar
- Pamer? oh nooooo,
- Baju kece? kagalah broh! duit aja ngepas
- Cari jodoh? udah punya pasangan keles!
1. Andil Mencemari Lingkungan Gunung
Melakukan berbagai bentuk pencemaran di gunung selama pendakian seperti membuang/menimbun sampah (tidak membawa turun sampah yang dibawanya), mengotori sumber mata air, dan atau membawa barang/zat yang mencemarkan bumi, air, dan udara dalam jangka lama.
Melakukan bermacam pengrusakan seperti mencorat-coret batu, batang pohon, pos shelter (vandalisme), mengambil flora/fauna langka dan khas gunung setempat, bertindak sembrono hingga mengakibatkan kebakaran hutan, savana dll seperti lembuang putung rokok yang masih menyala sembarangan, dan lalai mematikan dengan seksama bekas api unggun atau memasak.
3. Pendakian Tak Ramah Lingkungan
Melakukan ekspedisi seperti membuat jalur pendakian baru tanpa mengindahkan nilai-nilai konservasi. Semata hanya mencari sensasi, prestasi, dan atau keuntungan pribadi. Melakukan pembabat pada tumbuhan, kemudian mengajak pendaki-pendaki lain untuk menggunakan jalur tersebut atau mengkomersialkannya.
4. Menggelar Pendakian Massal yang tidak Konservatif
Membuat pendakian dengan peserta dalam jumlah besar tanpa berkonsep konservatif. Justru hanya memindahkan sampah pribadi dan kelompok ke gunung hingga kian memperparah pencemaran dan pengrusakan ekosistem di gunung.
5. Bersikap Masa Bodoh
Tidak menghargai adat istiadat maupun kearifan lokal, aturan tidak tertulis atau tabu penduduk setempat dalam menjaga keasrian alam gunung. Masa bodoh melihat pendaki melakukan pencemaran dan mendiamkannya.
6. Bersikap Pasif
Berdiam diri, tidak peduli soal pencemaran dan pengrusakan yang dilakukan oleh pendaki. Menganggap masalah tersebut adalah urusan LSM lingkungan, penjaga taman nasional, porter, dan lainnya. Padahal pendaki yang punya andil besar terhadap terjadinya persoalan tersebut.
7. Cari UNtung doang mirip Haji LULUNG!
Hanya mencari keuntungan dari kegiatan mengorganisir pendakian atau hanya sekadar mendapatkan kenikmatan mendaki (mountain climbing just for fun), tanpa melakukan dan atau berperan aktif mensosialisasikan pendakian bernilai konservasi.
8. Tidak Mewarisi Pengetahuan tentang Pendakian Konservatif
Hanya mewarisi semangat mengajak mendaki gunung kepada orang-orang baru dengan berbagi cara, tanpa dibarengi semangat melakukan dan mensosialisasikan pendakian konservatif. Akibatnya lahir generasi pendaki yang antipati lingkungan. Dengan kata lain hanya membentuk mental pendaki senang-senang bukan pendaki konservatif.
Nah setelah baca artikel ini, semoga aja lupade meninggalkan niat untuk naik gunung ya broh! mending juga jalan-jalan ke emol ama keluarga dan liburan ke jepang (biar kemungkinan tertelan tsunami)..hehehe
Komentar yang baik atau diam!
EmoticonEmoticon